Belajar Pranikah
Sebelum kita mengulas materi pranikah lebih dalam, ada baiknya jika kita mempelajari bab tentang pacaran, ta’aruf, khitbah dan nikah itu sendiri. Karena sering terjadi kesalahpahaman antara pacaran dan ta’aruf. Bahkan ada yang disengaja dengan dalih menjalin komunikasi antara ke dua belah pihak. Hal itu kerap kali terjadi karena di lingkungan masyarakatnya pun bukan hal yang tau lagi.
Pacaran
Pacaran atau dapat disebut cinta murahan yang hanya bisa merusak keimanan
Orang yang sudah terlanjur terjebak dalam indahnya jeratan nafsu berkedok cinta, memang susah diberi masukan.
When
si fulan yang sedang jatuh cinta itu dinasehati. Seribu alasan telah dipersiapkan untuk menangkis segala
judgement
buruk tentang pacaran. Kalau disinggung tentang zina, alasannya yang cukup relatif, bahkan bisa jadi jawaban alternatif;
“Aku dan dia nggak ngapa-ngapain.
Kami pacarannya sehat, ngga kebarat-baratan.
Kami saling mengingatkan dalam kebaikan, sering ngingetin sholat, ngaji.”
Yah, oke. Kita ngehargain pendapat kalian. Tapi menurutku idealis saja, kalau pacaran ngga ngapa-ngapain ya ngapain pacaran?!
Supaya diingetin Sholat? Tidak cukupkah azan sebagai pengingatmu?
Supaya diingetin Makan? Entahlah, kurasa manusia tak akan pernah lupa tentang makanan!
Supaya ada yang merhatiin? Tidak cukupkah kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh orangtuamu dan sahabat sahabatmu?
Terkadang manusia memang kurang bersyukur. Dicukupi malah ingin meminta lebih.
Ketahuilah sahabat, pacaran adalah ladang maksiat.
Apa kau tega cinta pertamamu dijerumuskan kedalam neraka akibat perbuatanmu? Tolonglah, kalau tak bisa membuatnya bahagia setidaknya jangan membuatnya sengsara!
لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
"Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithon"
(Qs-An-Nuur:21)
Sejatinya syaithon tak langsung mengajakmu ke jalan zina. Tapi diarahkan dulu seolah-olah engkau dijalan yang benar (jalan setan yang diperindah dan dibuat bagus agar manusia tertipu dan memasukinya). Seperti kau bangga memiliki pacar yang rajin mengaji, sholat, puasa. Sungguh itu tipuan syaithon yaa shalilah, itu merupakan bagian dari taktik syaithon. Karena sejatinya pria sholeh tak akan mau pacaran. Melihat perempuan yang bukan mahrom saja menundukkan pandangan apalagi menjalani hubungan kemaksiatan.
Laki-Laki yang baik untuk perempuan yang baik begitupun sebaliknya. Itu bukan kata-kataku, bukan pula kata-kata sang motivator. Melainkan kata Al-Qur'an, firman Allah ﷻ untuk meyakinkan hati hambanya. Seperti yang telah dijelaskan
dalam Al Qur'an surah An Nur ayat 26.
اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ ࣖ
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).
Jika kau ingin mendapatkan jodoh seperti Nabi Muhammad ﷺ, maka Khadijahkanlah dulu dirimu 😊
Larangan Pacaran
Satu fase paling umum yang dilakukan pria dan wanita sebelum menikah adalah berpacaran. Tujuannya adalah untuk saling mengenal pribadi satu sama lain. Tapi, sering kali ditemukan pasangan pacaran melakukan hal-hal yang sama seperti dilakukan pasangan suami-istri. Semantara itu, Islam telah mengeluarkan larangan keras untuk berpacaran. Melansir dari berbagai sumber, beberapa larangan itu tertulis jelas di Al-Quran dan tertuang di hadist-hadist nabi, sebab pacaran dalam konsep pemikiran Islam sangat mengarah kepada perbuatan zina.
“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra: 32)
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An-Nur: 30)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(An-Nur ayat 31)
Maka janganlah kalian (para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berbicara dengan suara yang lembut, sehingga lelaki yang memiliki penyakit dalam kalbunya menjadi tergoda dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf (baik).” (Al-Ahzab: 32)
Dari keterangan Alquran, larangan berpacaran juga tertuang melalui hadist Nabi Muhammad ﷺ.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluan lah yang membenarkan atau mendustakan.” (HR : Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan sekali-kali dia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa disertai mahramnya, karena setan akan menyertai keduanya.” (HR. Ahmad)
“Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik dari menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”
(HR. Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 226)
Konsep Ta'aruf
Sudah tahukah arti ta'aruf?
Ta'aruf adalah saling mengenal atau bisa diartikan lagi mengenal orang lain. Bukankah Allah telah memerintahkan umat-Nya untuk saling mengenal satu sama lain.
Hal ini terdapat dalam QS. Al-Hujurat (49): Ayat 13.
Allah ﷻ berfirman:
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)
Ta'aruf sendiri ditunjukkan kepada seseorang yang ingin menikah dengan mengenali dan melakukan langkah awal sehingga setelah ta'aruf menuju proses khitbah dan menikah. Ta'aruf dilakukan aar setiap manusia terhindar dari perbuatan zina.
Allah ﷻ berfirman:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 32)
Zina ini bisa zina mata, zina hati dan zina pikiran.
Zina mata itu ketika seorang melihat ataupun memandang dengan hawa nafsu kepada yang bukan mahram.
Zina pikiran adalah ketika seseorang selalu memikirkan seseorang yang bukan mahram serta zina hati adalah ketika hatinya selalu mencintai ciptaan Allah dan selalu berharap kepada manusia bukan berharap pada Allah.
Jadi, fungsi ta'aruf ini agar kita sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah ﷻ terhindar dari perbuatan yang buruk. Salah satu langkah syar'i menurut ajaran Agama Islam bahwa diwajibkan manusia untuk menyempurnakan ibadahnya dengan cara menikah. Langkah yang diambil yaitu ta'aruf.
Ta'aruf adalah proses yang dilakukan untuk mengenali calon pasangan hidup untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Dengan cara mengenali pasangan melalui perantara dari teman, saudara, sahabat, guru ngaji atau kerabat dekat, sehingga tidak berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Langkah ta'aruf lah yang menjadi penyatu hubungan mereka untuk bisa bertahan atau tidak menuju langkah selanjutnya.
Bayangkan saja, jika kita bisa dengan cara yang indah dan islami, maka kita akan mendapatkan keberkahan dan kemudahan yang diberikan oleh Allah ﷻ.
Senantiasa di setiap awal ta'aruf jangan lupa niatkan karena Allah. Agar kita bisa ikhlas jika seseorang calon kita bukan jodoh kita. Keikhlasan menjadi panduan utama dalam langkah ta'aruf ini. Yakinkan hati bahwa jika harus mundur dari langkah ta'aruf karena si calon memiliki sifat yang kurang beribadah, kurang mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Maka kita harus ikhlas untuk tidak melanjutkan ta'aruf dengan si calon pasangan. Jadi, pembelajaran mengenai materi pra nikah ini sangatlah penting untuk menjadikan diri kita terhindar dari pacaran dan kemaksiatan di dunia ini. Tetaplah belajar untuk menjadikan diri lebih baik agar kita mendapatkan jodoh yang baik pula.
Ayolah berubah untuk tidak pacaran. Jauhi pacaran ya?! Pacaran adalah suatu hubungan yang tidak baik untuk setiap manusia. Kalau mau bisa langsung saja menikah. Langkah awal untuk menikah yakni ta'aruf sebagai perkenalannya pengganti pacaran. Kita jadi rugi gara gara pacaran;
Buang waktu
Kalau makan saja mesti ingatin. Udah makan belum. Nanti jangan lupa makan ya. Jangan lupa istirahat dan lain lain. Apakah mesti semua aktivitas itu diingatkan sama pasangan kita. Apalagi belum tentu dia jodoh kita.Habis paket internet atau pulsa
Nelpon berjam-jam entah apa yang dibicarakan. Waktu jadi terbuang dengan sia sia. Zaman sekarang memang sudah canggih, beli paket nelpon untuk mempermudah dan menghemat pulsa. Tapi itu kan juga membuat biaya. Butuh uang juga untuk membelinya.-
Semakin hari semakin membuatku keburukan
Melawan orang tua akibat main hp dan gak perduli dengan lingkungan keluarga, masyarakat dan orang orang sekitar. Malas melaksanakannya ibadah. Jauh dari kebaikan.
Mungkin, ketiga hal tersebut bisa membuat diri kamu berubah untuk tidak berpacaran.
Jauhilah pacaran kalau mau punya pasangan dan sudah siap menikah ya sudah, lanjut ke ta'aruf.
Tidak merugikan dan menambah keberkahan.
Sudah sadarkah di masa saat ini kita perlu melakukan kebaikan sebagai ladang pahala dan mendapatkan apa yang baik untuk diri kita.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist disebutkan kriteria wanita yang sebaiknya dipilih sebagai istri.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah saw. bersabda:
Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung,” (Muttafaqun ‘alaih).
Karena pastinya rumus jodoh itu iman dan takwa yang diutamakan.
Ketika yang baik sama yang baik dan yang tidak baik sama yang tidak baik.
Menikah memang sunnah yang dianjurkan Rasulullah ﷺ. Pernikahan mengikat lelaki dan perempuan dalam sebuah hubungan sakral yang dijamin Allah. Kehadiran seseorang yang kemudian menjadi suami atau istri kita adalah salah satu bentuk kekuasaan Allah. Di surat Ar Rum ayat 21 Allah berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةًۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian semua istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.
Tak sedikit orang yang mengenal istilah taaruf sebagai jalan menuju pernikahan itu sendiri. Namun sayangnya, belum banyak yang tahu tujuan menjalani taaruf itu sendiri. Lalu apa tujuan taaruf selama ini?
Tujuan Taaruf
Untuk mencapai pernikahan, Islam tidak menganjurkan adanya pacaran. Islam mengajarkan pemeluknya untuk saling mengenal melalui taaruf sebelum menikah. Bagi muslim di Indonesia, taaruf sering diidentikkan dengan proses saling mengenal antara pria dan wanita yang hendak menikah. Tujuannya adalah mengenal karakter calon pasangan, agar proses saling memahami bisa berjalan dengan lebih baik.
Manfaat Ta'aruf
Dalam ajaran Islam, taaruf memiliki banyak manfaat dan tujuan yang jelas. Selain itu, taaruf bisa menghindari seseorang dari hal-hal negatif karena tak dianjurkan bagi mereka yang sedang menjalan taaruf pergi berduaan. Jika ingin bertemu saja harus ada orang lain yang menemani, baik orang tua maupun saudara. Hal ini dianggap sangat sangat aman dan jauh dari maksiat.
Selama menjalin proses taaruf pastinya pria atau wanita memiliki kewajiban mencari tahu sebanyak-banyaknya mengenai satu sama lain dalam waktu singkat. Hal ini disebut dengan masa penjajakan sebelum menikah. Taaruf juga dianggap sebagai masa saling bertukar informasi mengenai satu sama lain. Informasi yang dimaksud seperti kekurangan dan kelebihan harus disampaikan pasangan yang menjalan taaruf. Jika keduanya sudah merasa cocok satu sama lain, maka tahap selanjutnya
Proses taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Jika pacaran si cowok akan mendekati cewek idamannya. Cowok akan mengutarakan perasaannya kepada si cewek. Dalam Islam, hal tersebut tak diperbolehkan. Oleh karenanya, jika ada seorang pria tertarik pada seorang wanita. Mereka dianjurkan untuk langsung menemui kedua orangtua si cewek dan mengutarakan niat baiknya.
Setelah kamu berhasil mendekati orangtuanya, bukan berarti bisa mendekati wanita idaman begitu saja. Semua masih memiliki tata cara khusus. Kamu tidak boleh terlalu intens berkomunikasi seperti chatting atau teleponan. Hal ini dilakukan agar kedua belah pihak bisa saling menjaga dan tidak menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan.
Taaruf sendiri memiliki banyak manfaat terutama bagi si perempuan, diantaranya:
-
Sebagai Bukti Keseriusan Lelaki
Dalam sebuah hubungan, kedua belah pihak terutama bagi kamu yang perempuan pasti tak ingin main-main. Perempuan ingin laki-laki yang serius akan komitmen. Seperti yang sudah disebutkan, dalam taaruf seorang laki-laki akan mendatangi langsung wali dari si perempuan. Ini merupakan bukti keseriusan. Setelah kedua belah pihak setuju dengan taaruf tersebut, langkah selanjutnya adalah menjalani proses khitbah alias lamaran. Dengan hal ini, pihak perempuan tidak akan bertanya-tanya tentang keseriusan hubungan. Selain itu, singkatnya jarak antara taaruf, khitbah dan akhirnya berada di pelaminakan menghindarkan baper yang belum waktunya. -
Terhindar dari Hal-hal yang Merugikan
Taaruf dilaksanakan dengan ditemani pihak lain, boleh wali atau kerabat dari pihak perempuan maupun wali dari pihak laki-laki atau seseorang yang menjadi penghubung proses tersebut, misalkan dengan guru ngajinya. Hal ini membuatmu dan si dia yang belum resmi menjadi suami istri terhindar dari berdua-duaan. Seperti yang sudah diketahui, apabila laki-laki dan perempuan yang belum muhrim hanya berduaan, maka yang ketiga adalah setan. Selain itu, proses taaruf yang dibuat singkat bertujuan untuk melindungi pihak perempuan. Sebab ada lho. Ladies, laki-laki yang sebenarnya belum siap menikah namun melakukan taaruf dengan tujuan mengikat si perempuan.
Alasan Kenapa Ta’aruf Bisa Jadi Solusi Bagimu yang Galau Karena Cinta
Jalan untuk menemukan cinta sejati memang terkadang tidak mudah. Setelah jatuh cinta berkali-kali, belum tentu kamu berhasil menemukan cinta sejati yang sudah kamu harapkan itu. Ada yang masih getol mencoba kembali pacaran, tapi ada juga yang memilih berjuang lewat jalan lain tanpa pacaran sebelumnya. Ta’aruf namanya.
Bagi kamu yang belum tahu, ta’aruf adalah proses perkenalan yang ada di dalam agama Islam yang diperuntukkan bagi manusia dewasa yang sudah siap melanjutkan hubungan yang lebih serius. Apakah kamu termasuk salah satu yang sudah lelah berusaha menemukan cinta sejati lewat proses pacaran? Nah berikut ada beberapa alasan yang perlu memulai mencari cinta sejatimu melalui taaruf.
-
Melalui Taaruf, Perjalanan Cintamu Jadi Lebih Terarah
Taaruf itu perkenalan yang bisa melibatkan orangtua, guru ngaji, orang orang terdekat atau lembaga. Jadi ketika kamu mulai bersedia untuk melakukan taaruf, calon pasangan jelas sudah tahu maksudmu adalah ingin menikah, baik cepat atau lambat. Karena keseriusan kalian akan ditanyakan oleh pihak pihak yang terlibat sebelumnya, jadi kamu tak perlu khawatir dengan pertanyaan “Mau dibawa kemana hubungan kita?”. Karena hubungan kalian kedepannya harus dipastikan secepatnya. Terhindar Dari Segala Bentuk PHP, Kalau Oke, Ayo Nikah. Kalau Gak, Cari Yang Lain.
Dalam proses taaruf, kamu diberikan waktu untuk memutuskan apakah mau melanjutkan prosesnya atau tidak. Prosesnya dari kenalan sampai berkunjung kekeluarga. Jadi kamu harus memastikan hatimu setegas mungkin. Jika tidak, kamu bisa menghentikannya, jika iya kamu bisa tetap lanjut hingga pernikahan. Gak ada lagi bentuk harapan-harapan semu yang membuatmu galau seharian. Pegel juga’ kan, kalau hatimu digantung terus?
Bagaimana Cara Ta’aruf yang Benar?
Tidak ada cara khusus dalam masalah ta’aruf. Intinya bagaimana seseorang bisa menggali data calon pasangannya, tanpa melanggar aturan syariat maupun adat masyarakat. Hanya saja, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan terkait ta’aruf,
-
Sebelum terjadi akad nikah, kedua calon pasangan, baik lelaki maupun wanita, statusnya adalah orang lain. Sama sekali tidak ada hubungan kemahraman. Sehingga berlaku aturan lelaki dan wanita yang bukan mahram. Mereka tidak diperkenankan untuk berdua-duaan, saling bercengkrama, dst. Baik secara langsung atau melalui media lainnya. Nabi ﷺ telah mengingatkan dalam sabdanya;
لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا
"Jangan sampai kalian berdua-duaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya), karena setan adalah orang ketiganya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan Syu’aib al-Arnauth).
Setan menjadi pihak ketiga, tentu bukan karena ingin merebut calon pasangan anda. Namun mereka hendak menjerumuskan manusia ke maksiat yang lebih parah. -
Luruskan niat, bahwa anda ta’aruf betul-betul karena ada i’tikad baik, yaitu ingin menikah. Bukan karena ingin koleksi kenalan, atau cicip-cicip, dan semua gelagat tidak serius. Membuka peluang, untuk memberi harapan palsu kepada orang lain. Tindakan ini termasuk sikap mempermainkan orang lain, dan bisa termasuk kedzaliman.
Sebagaimana dirinya tidak ingin disikapi seperti itu, maka jangan sikapi orang lain seperti itu. Nabi ﷺ bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Kalian tidak akan beriman sampai kalian menyukai sikap baik untuk saudaranya, sebagaimana dia ingin disikapi baik yang sama. (HR. Bukhari dan Muslim)
-
Menggali data pribadi, bisa melalui tukar biodata.
Masing-masing bisa saling menceritakan biografinya secara tertulis. Sehingga tidak harus melakukan pertemuan untuk saling cerita. Ta’aruf dilakukan sebagai bukti keseriusan seorang laki-laki kepada perempuan karena langsung menemui wali perempuan tersebut. Apabila sang perempuan setuju, maka proses yang ditempuh selanjutnya adalah khitbah alias lamaran.
Jika kedua belah pihak sama-sama merasa cocok setelah melewati tahap bertukar informasi, selanjutnya direncanakan pertemuan langsung. Tentunya didampingi keluarga atau kerabat, sebaiknya gak dilakukan berdua saja.
Selama proses pertemuan, kedua pihak bisa bertukar informasi lebih banyak. Dianjurkan untuk tetap menjaga pandangan dan batasan lain agar terhindar dari hal-hal buruk.
Setelah proses pertemuan langsung, kedua belah pihak harus memberikan kesimpulan di akhir. Apakah keduanya sepakat untuk lanjut ke tahap berikutnya atau gak. Keputusan harus dibuat secara sadar tanpa paksaan. Setelah taaruf maka Proses lamaran atau khitbah -
Khitbah atau Lamaran
Tahapan selanjutnya adalah lamaran atau khitbah. Tahap ini bisa terlaksana jika kedua belah pihak sama-sama bersedia melanjutkan taaruf saat proses pertemuan langsung. Prosesi lamaran biasanya dihadiri oleh keluarga besar, mengingat kedua pihak sudah mantap melanjutkan ke jenjang pernikahan. Di tahapan ini juga ditentukan kapan tanggal pernikahan akan dilangsungkan. Setelah melalui prosesi lamaran, kedua calon pengantin dianjurkan untuk memperdalam ilmu agama dan pengetahuan tentang pernikahan serta keluarga sesuai syariat Islam. Khitbah adalah prosesi lamaran di mana pihak keluarga calon mempelai laki-laki mengunjungi kediaman calon mempelai perempuan. Dalam pertemuan tersebut, pihak mempelai laki-laki akan mengutarakan permintaannya untuk mengajak sang mempelai perempuan berumah tangga.
Hal Yang Diperhatikan Sebelum Khitbah
Sebelum melakukan khitbah, seorang laki-laki hendaknya memperhatikan beberapa hal untuk menentukan perempuan mana yang ingin ia lamar. Hal ini dimaksudkan agar tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Sebab, pernikahan adalah hal yang sakral dan tidak bisa dilakukan hanya untuk main-main. Maka, ini dia syarat sebelum melakukan khitbah.
-
Mengetahui dan melihat calon mempelai. Meski ini bukanlah kewajiban, tapi disarankan dilakukan agar tidak terjadi fitnah atau masalah di kemudian hari.
-
Sang calon tidak dalam proses khitbah dengan laki-laki lain. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah ﷺ,
"Seorang lelaki tidak boleh meminang perempuan yang telah dipinang saudaranya." (HR. Ibnu Majah). -
Perempuan boleh menerima atau menolak orang yang melamarnya. Saat melamar, sebaiknya sang perempuan ditanya dan ditunggu jawabannya lebih dulu agar tidak terjadi pemaksaan dalam proses khitbah.
-
Tidak melamar perempuan yang sedang masa iddah. Perempuan yang ditinggal mati atau diceraikan suaminya memiliki waktu jeda sebelum boleh menikah lagi. Jika masa iddah-nya belum selesai, maka laki-laki dilarang melamarnya secara terus terang.
Memilih pasangan sesuai yang diajarkan Rasulullah. Baik laki-laki maupun perempuan hendaknya memilih pasangan yang dilihat dari agamanya, kecantikan atau ketampanannya, keturunannya, dan atau hartanya.
Hukum Menikah
Hukum pernikahan dalam Islam bisa berbeda-beda tergantung pada kondisi dan kemampuan calon mempelai, seperti:
Wajib
Pernikahan wajib dilakukan jika calon mempelai memiliki kemampuan finansial dan fisik, serta khawatir akan terjerumus dalam perbuatan zina.Sunnah
Pernikahan sunnah dilakukan jika calon mempelai mampu menikah dan tidak khawatir akan terjerumus dalam perbuatan zina.- Mubah
Pernikahan mubah dilakukan jika calon mempelai memiliki kemampuan untuk menikah, namun tidak khawatir akan terjerumus dalam perbuatan zina.
-
Makruh
Pernikahan makruh dilakukan jika calon mempelai tidak memiliki keinginan untuk menikah, baik karena karakter pribadi maupun alasan kesehatan, dan tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan keluarga. Haram
Pernikahan haram dilakukan jika calon mempelai melanggar syariat Islam, tidak memiliki kemampuan dan keinginan untuk melaksanakan pernikahan, atau akan mendzalimi dan membahayakan pasangannya.
Menyempurnakan Separuh Agama
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625).
Lihat bahwa di antara keutamaan menikah adalah untuk menyempurnakan separuh agama dan kita tinggal menjaga diri dari separuhnya lagi. Kenapa bisa dikatakan demikian? Para ulama jelaskan bahwa yang umumnya merusak agama seseorang adalah kemaluan dan perutnya. Kemaluan yang mengantarkan pada zina, sedangkan perut bersifat serakah. Nikah berarti membentengi diri dari salah satunya, yaitu zina dengan kemaluan. Itu berarti dengan menikah separuh agama seorang pemuda telah terjaga, dan sisanya, ia tinggal menjaga lisannya.
Al Mula ‘Ali Al Qori rahimahullah dalam Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih berkata bahwa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “bertakwalah pada separuh yang lainnya”, maksudnya adalah bertakwalah pada sisa dari perkara agamanya. Di sini dijadikan menikah sebagai separuhnya, ini menunjukkan dorongan yang sangat untuk menikah.
Al Ghozali rahimahullah (sebagaimana dinukil dalam kitab Mirqotul Mafatih) berkata, “Umumnya yang merusak agama seseorang ada dua hal yaitu kemaluan dan perutnya. Menikah berarti telah menjaga diri dari salah satunya. Dengan nikah berarti seseorang membentengi diri dari godaan syaithon, membentengi diri dari syahwat (yang menggejolak) dan lebih menundukkan pandangan.”
Pernikahan Yang Akan Diisi Dengan Lika-Liku
Dalam ikatan pernikahan, tercipta rumah tangga yang akan menjadi tempat berlabuh bagi seseorang untuk mendapatkan ketentraman hidup (sakinah). Di dalam rumah tangga itulah kemudian timbul rasa cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah).
Kehidupan pernikahan juga akan dilalui dengan penuh lika-liku. Berbagai macam ujian yang menyenangkan atau menyedihkan akan melibatkan dua orang yang berbeda. Karena itu dibutuhkan pemahaman akan masing-masing karakter agar pernikahan bertahan dengan sakinah, mawaddah, warahmah.
Wallahu a'lam
Komentar
Posting Komentar