ASMA' BINTI YAZID
Di masa awal perjuangan Islam, beberapa perempuan memiliki peran penting.
Salah satunya adalah Asma binti Yazid. Seorang muslimah ahli hadist yang
mulia, mujahidah yang memiliki kecerdasan, dien-nya bagus dan ahli argumen
atau seorang orator ulung mewakili kaumnya, sehingga dijuluki sebagai "juru
bicara wanita".
Kisah Siroh Akhir Pekan
"Mengenal Asma binti Yazid, Sang Juru Bicara Muslimah"
Asma memiliki kehalusan perasaan, kepekaan indera dan akhlak sebagaimana
dimiliki oleh wanita - wanita Islam yang telah lulus dari madrasah nubuwwah,
yaitu berperilaku tidak terlalu lunak (manja) dalam berbicara, tidak merasa
hina, bahkan Asma adalah seorang wanita pemberani,tegar dan mujahidah. Asma
binti Yazid juga menjadi contoh yang baik di medan peperangan.
Alkisah diceritakan, Asma mendatangi Rasulullah SAW pada tahun pertama
hijrah dan berbai'at kepadanya dengan bai'at Islam. Asma banyak bertanya
tentang persoalan-persoalan yang membawa dia faham urusan agama. Asma
pulalah yang meminta penjelasan kepada Rasulullah tentang tata cara thaharah
(bersuci) bagi wanita yang selesai haid.
Pada suatu ketika, Asma mendatangi Rasulullah SAW dan bertanya, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah di
belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang saya katakan dan semuanya
berpendapat sesuai dengan pendapatku. Sesungguhnya Allah Ta'ala mengutusmu
untuk laki-laki dan perempuan, lalu kami beriman kepada Anda dan membai'at
Anda.
Sementara itu, kami adalah wanita yang terkurung dan terbatas gerak langkah
kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum lelaki, dan kami adalah
tempat melampiaskan syahwat mereka, kamilah yang mengandung anak-anak
mereka, akan tetapi kaum lelaki yang mendapat keutamaan melebihi kami dengan
salat jum'at, mengantarkan jenazah dan berjihad.
Apabila mereka keluar untuk berjihad, kamilah yang menjaga harta mereka,
yang mendidik anak-anak mereka, maka apakah kami bisa mendapatkan pahala
sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?"
Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW menoleh kepada para sahabat
dan bersabda, "Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang dien yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?"
Para sahabat menjawab, "Benar, kami belum pernah mendengarnya ya
Rasulullah!". Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Kembalilah wahai Asma dan beritahukanlah kepada para wanita yang berada
di belakangmu bahwa perlakuan baik salah satu di antara mereka kepada
suaminya dan mintalah keridhaan suaminya, mengikuti persetujuan suaminya,
itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu sebutkan yang
dikerjakan oleh kaum lelaki."
Maka kembalilah Asma sambil bertahlil dan bertakbir, merasa gembira dengan
apa yang disabdakan Rasulullah. Dalam dada Asma terbetik keinginan yang kuat
untuk ikut andil dalam berjihad, hanya saja kondisi ketika itu tidak
memungkinkan untuk merealisasikannya.
Akan tetapi setelah tahun 13 H setelah wafatnya Rasulullah SAW, sampai
perang Yarmuk dia ikut serta berjuang dengan gagah berani. Pada perang
Yarmuk ini, para wanita muslimah banyak yang ikut andil sebagaimana yang
disebutkan oleh Al-Hafidh Ibnu Katsir di dalam AI-Bidayah wan Nihayah.
Dalam perang yang besar ini, Asma binti Yazid menyertai pasukan mukminin dan
wanita-wanita mukminat mencurahkan segala kemampuan membantu pasukan mempersiapkan senjata, menyediakan minuman bagi para mujahidin dan mengobati yang terluka di antara mereka, sambil memompa semangat juang kaum muslimin.
Keberanian dan kecerdasan Asma’ binti Yazid ini merupakan hal yang jarang
ditemui pada masa Nabi. Terlebih, beliau adalah seorang perempuan yang
berbicara langsung di hadapan Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.
Keberanian serta tutur kata yang terstruktur itu merupakan bukti kecerdasan
serta ketulusan hati Asma’ dalam membela agama Allah SWT.
Dalam hidupnya, Asma’ binti Yazid mampu meriwayatkan sekitar 80 hadis Nabi
Muhammad SAW. Adapun salah satu hadis yang ia riwayatkan adalah:
“Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: berdusta dilarang kecuali pada tiga
tempat. Pertama, seorang suami yang membohongi istinya demi keharmonisan
rumah tangga. Kedua, mendustai musuh di saat melakukan perang. Dan ketiga,
mendustai manusia demi misi perdamaian,”.
Hadist tersebut merupakan hadist shahih atas riwayat Imam Tirmidzi. Asma’
binti Yazid meninggal dunia pada tahun 30 Hijriah. Perjuangan serta
kontribusinya dalam sejarah Islam sangat bermakna dan menjadi teladan.
#kalampagi
#proparent
#kisahteladanuntuknegeri
#tebarsirohkepelosoknegeri
⚜️💙⚜️💙⚜️💙⚜️💙
Komentar
Posting Komentar