Untitled
Entah gimana aku tanpa keberadaanmu di rumah ini mas, semakin leluasa dimarahi atau malah semakin dicaci, ada kamu saja aku merasa tersisihkan, apalagi kamu tidak disini. Tapi jika aku biarkan kamu di rumah, kamu juga tidak punya pekerjaan, dan sering kali emosimu kamu tumpahkan di aku. Mirisnya ketika kamu yang emosi kamu yang dibela, begitupun saat aku yang ngomel dikit malah diomelin balik. Ada kamu saja aku seperti itu, apalagi tidak ada kamu. Akankah aku kuat kamu tinggal mas?
Kamu ngga pernah mau dengerin cerita kecilku, sampai cerita kecil itu menjadi masalah besar, aku bisa menangis setiap saat tanpa kau hiraukan. Ya ketika aku kerja selayaknya di rumah tidak pernah kamu mengucapkan terimakasih, apalagi kamu tanya gimana keadaan ku, jangankan terimakasih, kamu tau aja ngga. Masalah kecil itu terus bermuara lalu menjadi besar, kalau aku tidak nangis kamu ngga akan tau gimana sedihnya aku setiap hari. Entah sampai kapan kamu menganggap aku beban, yang jika aku habis uang, kamu bisa emosi setiap saat, memang ada baiknya jika kamu kerja mas, tapi jangan salahkan kalau kamu pergi jauh nanti, aku akan kembali ke Maulin yang gila kerja seperti dulu. Bukan kenapa mas, tapi aku tidak ingin terus diremehkan, bukan orang-orang yang meremehkan tapi kamu juga pernah menyepelekan ku, aku dengar sendiri, di depan mata ku kamu menceritakan tentang ku di rumah. Keluargamu juga saling terbuka, tidak ada privacy antara aku dan mereka. Jika bukan aku yang ngalah, maka tetap saja aku yang jadi bahan omongan. Aku takut jika aku diberlakukan sama dengan mbak luluk, makanya aku selalu melihat gimana perkembangan dia di rumah. Satu-satunya tempat cerita keluh kesah ku sudah diminta untuk menjauhi, terpaksa aku pendam entah sampai kapan.
Kamu saja tidak pernah membela aku di depan keluargamu, yang ada kamu ikut marah menyalahkan ku. Kamu juga lebih senang main sama teman kamu kan, kenapa aku ngga boleh seperti itu. Bukankah sama² punya hak?. Jika aku ikut membantu pekerjaan rumah, pasti langsung diambil alih, dan aku disuruh pergi dari tempat, saat itulah kamu melihatku tidak melakukan apa², gimana mau melakukan jika ikut membantu saja disuruh pergi. Lalu gimana aku mau melakukan belanja jika kamu tidak memberiku uang. Gimana aku melakukan kerja di rumah jika tidak diberi kesempatan. Ada rasa takut jika aku di dapur karena hal kecil yang aku lakukan berbeda cara selalu di comment, berbeda cara masak bukan berarti aku ngga bisa masak. Hanya saja aku tidak leluasa melakukan hal-hal yang sesuai kebiasaanku. Dan kamu tidak ada merasa disalahkan oleh siapapun di sini. Semua hanya akan menyalahkanku,HANYA AKU , kamu ngga akan merasakan itu.
Kamu ngga pernah mau dengerin cerita kecilku, sampai cerita kecil itu menjadi masalah besar, aku bisa menangis setiap saat tanpa kau hiraukan. Ya ketika aku kerja selayaknya di rumah tidak pernah kamu mengucapkan terimakasih, apalagi kamu tanya gimana keadaan ku, jangankan terimakasih, kamu tau aja ngga. Masalah kecil itu terus bermuara lalu menjadi besar, kalau aku tidak nangis kamu ngga akan tau gimana sedihnya aku setiap hari. Entah sampai kapan kamu menganggap aku beban, yang jika aku habis uang, kamu bisa emosi setiap saat, memang ada baiknya jika kamu kerja mas, tapi jangan salahkan kalau kamu pergi jauh nanti, aku akan kembali ke Maulin yang gila kerja seperti dulu. Bukan kenapa mas, tapi aku tidak ingin terus diremehkan, bukan orang-orang yang meremehkan tapi kamu juga pernah menyepelekan ku, aku dengar sendiri, di depan mata ku kamu menceritakan tentang ku di rumah. Keluargamu juga saling terbuka, tidak ada privacy antara aku dan mereka. Jika bukan aku yang ngalah, maka tetap saja aku yang jadi bahan omongan. Aku takut jika aku diberlakukan sama dengan mbak luluk, makanya aku selalu melihat gimana perkembangan dia di rumah. Satu-satunya tempat cerita keluh kesah ku sudah diminta untuk menjauhi, terpaksa aku pendam entah sampai kapan.
Kamu saja tidak pernah membela aku di depan keluargamu, yang ada kamu ikut marah menyalahkan ku. Kamu juga lebih senang main sama teman kamu kan, kenapa aku ngga boleh seperti itu. Bukankah sama² punya hak?. Jika aku ikut membantu pekerjaan rumah, pasti langsung diambil alih, dan aku disuruh pergi dari tempat, saat itulah kamu melihatku tidak melakukan apa², gimana mau melakukan jika ikut membantu saja disuruh pergi. Lalu gimana aku mau melakukan belanja jika kamu tidak memberiku uang. Gimana aku melakukan kerja di rumah jika tidak diberi kesempatan. Ada rasa takut jika aku di dapur karena hal kecil yang aku lakukan berbeda cara selalu di comment, berbeda cara masak bukan berarti aku ngga bisa masak. Hanya saja aku tidak leluasa melakukan hal-hal yang sesuai kebiasaanku. Dan kamu tidak ada merasa disalahkan oleh siapapun di sini. Semua hanya akan menyalahkanku,HANYA AKU , kamu ngga akan merasakan itu.
Komentar
Posting Komentar